PEMBUATAN CUKA APEL HIJAU (GREEN APPLE CIDER VINEGAR)
Apa itu Cuka Apel Hijau
Cuka apel hijau adalah cuka yang dihasilkan melalui fermentasi sari buah apel hijau, khususnya dari varietas seperti Apel Manalagi (yang dikenal juga sebagai apel hijau atau apel Malang) yang memiliki kulit hijau kekuningan. Apel hijau memiliki rasa asam segar, cuka apel hijau juga dikenal karena kandungan polifenol yang tinggi, terutama dari kulit apel. Senyawa polifenol tersebut bertindak sebagai antioksidan yang dapat membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif dan mendukung manfaat kesehatan, seperti meningkatkan pencernaan dan membantu mengontrol kadar gula darah.
Dengan
kombinasi rasa yang seimbang dan kandungan nutrisi yang tinggi, cuka apel hijau
banyak digunakan tidak hanya sebagai bumbu masakan tetapi juga sebagai suplemen
kesehatan dalam pengobatan tradisional.
Ada
dua tahap fermentasi dalam pembuatan cuka apel, yaitu
- . Fermentasi alcohol: fermentasi ini merubah gula dalam sari apel menjadi alcohol oleh ragi (misalnya Saccharomyces cerevisiae)
- . Fermentasi asam asetat: Alkohol yang terbentuk pada fermentasi tahap pertama, kemudian dioksidasi menjadi asam asetat oleh bakteri (Acetobacter aceti).
Ciri-Ciri
cuka apel yang baik adalah
- -
Kadar
asam asetat minimal 4 gram per 100 mL (Metode Alkalimetri)
- -
Kadar
alcohol maksimal 1%
- -
Total
Gula minimal 1%
- -
pH
berkisar antara 2-4
- -
memiliki
tampilan yang jernih tanpa endapan atau partikel tersuspensi
- -
memiliki
aroma dan rasa yang khas
Kenapa harus apel hijau?
Apel
merupakan tanaman buah pomaceous dari famili Rosacease dan spesies
Malus domestica. Apel tumbuh dan berkembang baik pada daerah subtropis,
seperti Amerika, Rusia, Belanda, dan Italia. Walaupun Indonesia bukan daerah
subtropis, namun Indonesia juga telah mengembangkan tanaman apel di beberapa
wilayah yang memiliki ketinggian tempat >900 dpl (seperti batu, nongkojajar,
poncokusumo, dll). (Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika)
Dikutip
dari website IPB Digitani (https://digitani.ipb.ac.id/)
Tanaman apel telah masuk ke Indonesia sejak zaman Belanda. Tanaman ini masuk ke
Indonesia sekitar tahun 1930-an dibawa oleh orang Belanda dari Australia,
kemudian menanamnya di daerah Nongkojajar (Kabupaten Pasuruan). Literatur lain
menunjukkan sejarah apel di Indonesia dimulai sejak didatangkan dari Australia
pada tahun 1934 dan pertama ditanam di Desa Tebo Pujon Malang sebanyak 20
varietas. Kini Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)
memiliki koleksi plasma nutfah apel sekitar 73 varietas, dan diantaranya
terdapat 10 varietas apel harapan. Namun, terdapat empat varietas apel yang
paling banyak dikembangkan di Indonesia yaitu apel Manalagi, Anna, John Gold, dan
Rome Beauty.
Berikut
Ciri – Ciri varietasi apel utama di Indonesia menurut IPB
- 1Apel Manalagi (apel hijau)
- -
Warna
dasar hijau kekuningan dengan pola tambahan hijau
- -
Merupakan
introduksi dari belanda.
- -
Pangkal
dan pucuknya berlekuk dalam serta berbentuk lonjong, memiliki pori kulit yang
renggang, halus, dan jelas.
- -
Memiliki
rasa manis dan asam, serta aromanya harum.
- - Kandungan gula lebih rendah
- Apel Anna (apel Jonathan)
- -
Warna
dasar kuning kehijauan dengan pola tambahan bercak kemerahan
- -
Merupakan introduksi dari Israel
- -
Tekstur
kulitnya tipis, buahnya berbentuk bulat, memiliki lekukan kecil dan dalam di
kedua ujungnya, serta tekturnya tidak terlalu keras
- -
Rasanya
ada asam, namun lebih dominan manis.
3. Apel John Gold
-
Memiliki
Warna dasar hijau dengan pola warna tambahan bercak kemerahan dan bergaris
4. Apel Roma Beauty
- -
Warna
dasar hijau dengan pola warna tambahan bercak kemerahan.
- -
Saat
muda berwarna hijau dengan pola tambahan merah. Pada minggu ke-12 warna
merahnya memudar namun masih tetap ada sehingga warna dasar hijau lebih dominan.
(warna merah dikarenakan terlalu sering terpapar sinar matahari)
- -
Memiliki
bentuk bulat dengan lekukan yang cukup dalam di kedua ujungnya, daging berwarna
kekuningan dan bertekstur keras
- -
Rasanya
segar, manis-asam.
Berdasarkan ciri-ciri beberapa jenis apel
tersebut, yang sering dibuat cuka apel adalah tipe rome beauty karena memiliki
rasa asam segar dan aroma yang kuat, selain itu tekstur yang yang lebih keras
membuatnya tahan lama selama penyimpanan sebelum diolah. Namun ada satu jenis
apel yang menarik untuk dibuat cuka apel, yaitu apel manalagi atau apel hijau. Berikut
alasannya
- - Apel
hijau memiliki kandungan gula yang lebih rendah, sehingga baik untuk kesehatan bagi
penderita
- - Kulit
apel hijau mengandung polifenol yang lebih banyak yang dapat berfungsi dalam menghambat
bakteri jahat, sehingga cuka apel yang dihasilkan akan lebih banyak mengandung
bakteri baik (probiotik)
- - Polifenol
pada kulit apel manalagi yang tinggi juga berperan sebagai antioksidan yang
kuat, sehingga membantu menangkal radikal bebas, sehingga melindungi sel dari
kerusakan oksidatif.
- - Apel
manalagi paling banyak dibudidayakan karena dapat beradaptasi dengan iklim local
seperti di nongkojajar. Ketersediaan bahan baku yang melimpah, membuat bahan
baku cuka apel dapat fress atau segar yang dapat meningkatkan mutu atau
kualitas cuka apel.
Apa saja Bahan yang digunakan?
Bahan
utama yang digunakan untuk membuat cuka apel hijau adalah apel hijau, air
bersih, dan gula aren.
1. Apel Manalagi : Apel hijau, khususnya
varietas Manalagi yang populer di Jawa Timur, digunakan karena memiliki
karakteristik rasa asam segar dan kulit yang kaya polifenol. Kulit yang kaya
antioksidan ini tidak hanya memberikan cita rasa khas, tetapi juga berperan
dalam proses fermentasi alami melalui ragi liar yang terdapat di permukaan
buah.
2. Gula aren: Gula aren digunakan sebagai
sumber gula tambahan. Meskipun apel mengandung gula alami, penambahan gula aren
membantu mencapai konsentrasi gula yang optimal untuk fermentasi. Selain itu,
gula aren memberikan aroma dan rasa yang lebih kaya serta memberikan nutrisi
bagi mikroorganisme (ragi dan bakteri asam asetat) yang berperan dalam
fermentasi. Gula aren lebih disukai sebagai bahan cuka apel, karena gula aren
lebih alami, sedangan gula tebu yang beredar telah melewati banyak tahap,
sehingga kandungan enzimnya juga sedikit. Gula merah juga alami, namun rasanya
terlalu manis yang bisa mempengaruhi rasa dari cuka apel yang dihasilkan.
3. Air: Air berfungsi sebagai media pelarut
dan ekstraktor sari buah, sehingga menghasilkan cairan yang cukup untuk
difermentasi. Air yang bersih memastikan bahwa proses fermentasi berjalan
dengan baik tanpa adanya kontaminan.
Dalam
resep sederhana ini, fermentasi berlangsung secara alami dengan mengandalkan
ragi liar yang sudah ada pada kulit apel. Ragi tersebut mengubah gula menjadi
alkohol, yang kemudian dioksidasi oleh bakteri asam asetat (yang juga hadir
secara alami atau dari lingkungan sekitar) sehingga terbentuk asam asetat.
Pendekatan ini sering digunakan dalam metode pembuatan cuka rumah tangga karena
kesederhanaannya dan penggunaan bahan-bahan alami.
Berapa perbandingan rasio gula, apel, dan air?
Rasio
optimal apel hijau, gula aren, dan air dalam pembuatan cuka apel tergantung
pada metode fermentasi yang digunakan serta kualitas produk yang ingin
dihasilkan berikut penjelasannya
Rasio Apel : Gula : Air |
Prediksi Karakteristik Hasil
Fermentasi |
1 : 0,1 : 1 (1 kg apel : 100 gr gula
: 1 liter air) |
Fermentasi lambat, rasa
lebih alami, asam seimbang. |
1 : 0,2 : 1 (1 kg apel : 200 gr gula
: 1 liter air) |
Fermentasi lebih cepat,
rasa lebih manis sebelum menjadi asam. |
1 : 0,1 : 0,5 (1 kg apel : 100 gr gula
: 500 ml air) |
Cuka lebih pekat dan
kaya rasa, fermentasi lebih intens |
1 : 0,2 : 0,5 (1 kg apel : 200 gr gula
: 500 ml air) |
Fermentasi cepat, asam
lebih tinggi |
Berdasarkan
table ada beberapa catatan untuk dasar penentuan takaran bahan dalam pembuatan
cuka apel
1. Terlalu banyak gula, maka fermentasi
akan cepat, namun rasa lebih manis
2. Sedikit gula, maka fermentasi berjalan
lebih lama, namun rasa tidak terlalu manis
3. Terlalu banyak air, maka media
fermentasi lebih encer dan membutuhkan waktu lama untuk mencapai tingkat
keasaman optimal, rasa yang dihasilkan lebih ringan tidak pekat
4. Sedikit air, maka fermentasi bisa lebih
lambat dan rasa cuka lebih pekat.
Berdasarkan
data tersebut, maka dalam artikel ini, rasio yang digunakan adalah 1 : 0,2 :
1,5, yakni 1 kg apel, 200 gr gula, agar fermentasi lebih cepat, dan 1500 ml
air, agar produk yang dihasilkan tidak terlalu pekat, ringan, dan lebih
menguntungkan karena volume produk lebih banyak.
Bagaimana proses pembuatan cuka apel hijau?
Pembuatan
cuka apel terdiri dari dua tahap fermentasi utama: fermentasi alkohol (mengubah
gula menjadi alkohol) dan fermentasi asam asetat (mengubah alkohol menjadi cuka).
Berikut langkah-langkahnya:
Alat
dan Bahan yang dibutuhkan
-
500
gram apel ( dibersihkan dan jangan dikupas karena kulitnya sumber utama
fermentasi tahap 1)
-
100
gram gula aren ( 20% dari berat apel)
-
725
mL air matang (gunakan air dari sumur atau air kemasan dan jangan pakai air
dari PDAM, karena mengandung klorin yang tinggi)
-
Toples
kaca yang sudah disterilkan (dicuci bersih, lalu tambahkan air panas dan
diamkan hingga hangat lalu dikeringkan secara perlahan tanpa di lap)
-
Kain
bersih atau kain kasa untuk menutup wadah (kain memiliki pori-pori sehingga udara
bisa keluar masuk ke dalam toples. Hal tersebut dikarenakan bakteri yang bekerja
adalah tipe aerob sehingga membutuhkan oksigen
-
Sendok
untuk memasukkan apel dan mengaduk (harus disterilkan dulu dengan merendam di air
panas)
-
Pisau
untuk memotong apel (harus disterilkan dulu dengan merendam di air panas)
Langkah
Pembuatan Cuka Apel
1. Persiapan Bahan
a.
Cuci
apel hingga bersih untuk menghilangkan kotoran dan pestisida.
b.
Potong
apel kecil-kecil, kulit dan bijinya juga digunakan jadi jangan dibuang, karena
mengandung enzim alami yang mendukung fermentasi.
2. Pembuatan Campuran Fermentasi
a.
Larutkan
gula aren dengan air, aduk hingga homogen
b.
Masukkan
potongan apel ke dalam toples kaca
c.
Tuangkan
larutan gula hingga semua apel terendam. Jangan isi wadah terlalu penuh untuk
ruang gas (sisakan ruang sekitar 20% untuk gas hasil fermentasi)
d.
Tutup
toples dengan kain (jangan terlalu rapat)
e.
Letakkan
di tempat yang hangat dan tidak terkena sinar matahari langsung. Suhu ruangan
mempengaruhi kecepatan dalam fermentasi, terlalu dingin atau terlalu panas suhu
ruangan akan menghambat proses fermentasi. Idealnya pada suhu 20-300C)
3. Fermentasi Tahap 1 (Fermentasi alcohol sekitar
2 minggu)
a.
Proses
fermentasi sudah berjalan saat membuat campuran fermentasi, pada tahap ini
semua gula yang ada pada toples akan dirubah menjadi alcohol oleh ragi yang ada
pada kulit apel.
b.
Aduk
perlahan setiap hari selama 5 – 7 hari pertama) untuk membantu proses
fermentasi lebih merata, yakni membantu supply oksigen yang dibutuhkan oleh
ragi. Pada saat ini apel masih mengambang dan mungkin ada sedikit gelembung gas
CO2 yang merupakan gas sisa metabolisme fermentasi.
c.
Setelah
10-14 hari, toples akan mulai berbau alcohol . pada Hari ke-8 jangan diaduk,
agar alkohol tidak tercampur dengan udara yang mengandung bakteri lain dan dapat
memicu terbentuknya jamur yang tidak diinginkan. Selain itu, pada fase ini
ampas apel akan tenggelam.
4. Penyaringan dan Fermentasi Tahap 2
(Fermentasi Asam asetat sekitar 3-6 minggu)
a.
Saring
cairan dan buang ampas apel (ampas apel bisa dimanfaatkan untuk pupuk, pakan
ternak, atau untuk starter pembuatan cuka apel). Proses ini penting karena
ampas apel memicu terjadinya jamur. Oleh karena itu bahan yang tidak digunakan
harus disingkirkan.
b.
Tuang
cairan ke dalam wadah kaca yang bersih dan steril
c.
Tutup
Kembali dengan kain agar proses fermentasi alcohol menjadi asam asetat berjalan
secara maksimal
d.
Simpan
selama 3-6 minggu hingga terbentuk Mother of Vinegar (lapisan putih/jelly yang
mengambang di permukaan, tanda fermentasi berhasil.
5. Penyimpanan
a.
Setelah
cuka berbau tajam dan memiliki rasa asam yang khas, saring Kembali untuk
membuang endapan (endapan biasanya adalah serat apel atau sisa gula).
Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 4-6 minggu tergantung pada proses
fermentasi.
b.
Simpan
dalam botol kaca dan tutup dengan rapat,
c.
Untuk
rasa yang lebih tajam dan khas diamkan selama 1-2 bulan lagi sebelum digunakan.
Tapi jika tidak mau menunggu, saat itu cuka apel bisa dikonsumsi.
Bagaimana
reaksi kimia yang terjadi?
1. Reaksi Sederhana Fermentasi pertama
C6H12O6
+ Saccharomyces cereseviae à 2C2H5OH + 2CO2
Pada proses fermentasi ini mengahasilkan
alkohol dan proses ini berlangsung anaerob. Selama proses fermentasi alkohol
berlangsung ipengaruhi oleh sumber Oksigen, pH subtrat, CO2, C ,
mineral dan suhu . Saccharomyces cereseviae dapat hidup dengan optimal
pada kondisi lingkungan cukup oksigen dan akan melakukan respirasi biasa.
Apabila Saccharomyces cereseviae terdapat pada lingkungan yang kurang
oksigen akan melakukan proses fermentasi. Ragi dapat tumbuh optimum dan sangat
efisien dalam fermentasi alkohol pada suhu 28 – 30oC dan pH 3,5 – 6
,0
2. Fermentasi kedua
Fermentasi Asam Cuka ( Asam Asetat )
Fermentasi asam asetat berlangsung secara aerob dengan bantuan bakteri asam
asetat yaitu Acetobacter Aceti dan menghasilkan asam asetat. Dalam proses
fermentasi substrat alkohol yang akan dirombak menjadi asam asetat pada kondisi
lingkungan diberi cukup oksigen . Proses fermentasi tersebut merupakan proses
oksidasi
C2H5OH + O2
+ Acetobacter acetii à CH3COOH + H2O
Silahkan beri komentarnya